Rabu, 20 April 2011

cerpen

AKU MENUNGGUMU
Karya: khoiru rozikin*

Aku duduk di atas pelangi menanti keatangan Aqso. Aqso adalah sahabat terbaikku sejak kecil, bermain, bernyanyi, bahkan terbang kesana kemari pun kita selalu bersama. Sayangnya aqso mempunyai sifat egois dan setiap dia marah dia selalu ngamuk dan tidak bisa di kalahkan, pokok-nya ia paling menang sendiri, jadi teman – teman yang belum mengenalnya sering bertengkar dengannya karena sifat egois-nya. “ Ozi…..!!!! ”, Aqso berteriak dari kejauhan, “ woy lama banget sich kamu datangnya, jenuh nich nungguin kamu dari tadi “, kataku. “ ea soir sob ”, aqso menggeledek saat sampai di depanku.

“ Woy lagi pada ngapain ??.. uenak banget nyantai di atas pelangi ”, kata Wildy.
Wildy adalah cewek cantik, imut, manis, dan pandai. Wildy juga pacar-nya, yang aku baru tahu aja kalo dia pacaran, padahal sejak aku mengenal dan melihat Wildy aku langsung jatuh cinta pada Wildy. Aku dan Aqso mengenal Wildy sejak umur 15 tahun, sekarang umur kita sudah 17 tahun. Wildi berasal dari Planet Ekta. Aku dan Aqso pun berasal dari Planet Ekta, tapi kita sering bermain di khayangan dekat dengan Bumi, itulah sebab-nya aku dan aqso tidak mengenal Wildy sejak kecil karena kita sering main di kayangan dan jarang pulang ke Planet Ekta. Di setiap aku ada di dekat Wildy, hatiku berdetak kencang karena perasaan. Namun rasa cintaku pada Wildy belum pernah aku ungkapkan karena aku ingin mengerti sifat-nya dan ingin tahu secara dekat siapakah Wildy yang sebenarnya. Aku berjanji pada diriku sendiri bila aku sudah mengenalinya lebih dekat maka aku akan mengatakan rasa cintaku pada Wildy. Semua perasaan ini tiada yang mengerti, termasuk Aqso sahabat karibku, yang tahu hanyalah aku sendiri dan tuhan YME.

“ Eh Wildy……. ”, sahutku dengan Aqso bareng-an, “ Ini lagi melihat kehidupan Manusia di Bumi kayak-nya enak banget ”, lanjut Aqso dengan banyak alas an.
Kebetulan kehidupan kami bertolak belakang dengan manusia, kami hanyalah mahluk peri kecil yang tidak bisa hidup di Bumi, kami hanya bias hidup di Planet Ekta dan di Khayangan. Jauh antara Planet Ekta dengan Bumi adalah 150 kali putaran Bumi bila di hitung dengan manusia yang hidup di Bumi, namun sejauh apapun menurut manusia, kami hanya merebahkan sayap dan terbang sekitar satu jam telah sampai di Planet Ekta. Keluarga dan mahluk sebangsa kami juga banyak yang hidup di Planet Ekta. Kehidupan kami juga jauh berbeda dengan kehidupan di Bumi, jika di Bumi 5 Bulan, maka menurut kami satu jam.

“ Afa sadara bakalata so ca Ekta racio ciliciaca sarata ”, kata wildy dengan bahasa Planet Ekta, (kapan kita pulang ke Planet ekta, kita sudah satu Bulan main di kayangan) bila di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Satu bulan yang di maksud wildy yaitu sama dengan 360 kali putaran Bumi. “ Aka sabala kala ”, kata Aqso. Pulang sekarang juga tak apa. Tanpa berfikir panjang aku-pun menganggukkan kepala pertanda aku menyetujui pulang ke Planet asal mula kami. Kami bertiga berdekatan kemudian merebahkan sayap bersama dan terbang bersama.

Sampai di Planet Ekta aku langsung pulang menuju rumah, sedangkan Aqso pun mengantarkan pacar-nya di rumah. Sampai di depan pintu aku membuka pintu dan langsung berjalan menuju ruang makan dan makan makanan yang sudah di sediakan sama ibu-ku. Setelah selesai makan, aku brjalan menuju tempat tidur untuk tidur karena ke-capek-an bermain. Tidur lelap aku nikmati tanpa sadar ternyata aku tidur selama 3 hari 3 malam.
Setelah aku terbangun, aku beranjak dari tempat tidur dan langsung mencuci muka, kemudian aku minum segelas air putih. Aku berjalan mondar - mandir di rumah terasa sepi, tiada satu orang pun di rumah. Ibu, ayah, dan kakakku entah kemana. Aku berjalan keluar rumah, kemudian aku terbang ke atas pohon Tara, sambil menikmati sejuknya angin yang sepoi – sepoi aku melihat mahluk sebangsaku mondar – mandir berjalan dan berterbangan.

“ Woy, Ozi……..!!!!!”, Wildy berteriak di dekat telingaku hingga aku kaget setengah mati.
“ Apaan sich kamu Wil bikin aku kaget melulu ”, kataku,
“ Lagian kamu sich tiga hari ngga’ kelihatan, aku samperi di rumah kamu, eh kamunya tidur lagi ”, katanya,
“ Iya maaf…..”, jawabku pendek,
“ Ngapain kamu ngelamun di sini ? ”, tanya Wildy sambil duduk di dekatku,
“ Ngga’ papa ko’ Wil ”,
“ Ach kamu, kamu bohong, sayap kamu patah terus kamu jatuh ke Bumi terus kamu mati dah, hehehe…”, canda Wildy,
“ Ah kamu seneng banget sama canda ”, jawabku,
“ Iya udah buruan kamu cerita, ada apa ?? ”, Tanya Wildy ngeyel,
“ Eh Aqso kemana ? ”,
“ Aqso di rumahnya tuch lagi tidur barusan aku dari rumahnya, udah buruan cerita ngga’ usah ngalihin pembicaraan ”, kata Wildy kesel,
“ Aku ngga’ papa Wildy cantik…… “,
“ Bohoooooong !!!! “, sentak Wildy,
“ Iya aku cerita, tapi kamu janji ngga’ kan cerita sama siapa – siapa ya ? “,
“ Iya aku janji ngga’ kan cerita ma siapa – siapa “,
“ Aku lagi ngrasain sakit hati Wil “,
“ Ngapain ??? “, Tanya Wildy agak gelisah,
“ Iya sebenarnya sudah lama aku ngrasain sakit hati, kamu tahu Wil kenapa, aku mencintai seseorang, aku punya rasa sama dia sejak pertama kita bertemu saat pandangan pertama aku sudah jatuh cinta padanya, aku sering lihat dia berduaan dengan pasangannya Wil, aku sering lihat dia pacaran sama cowoknya, bahkan aku pernah mempergoki dia sedang asyik – asyiknya ciuman Wil, aku sakit banget Wil “,
“ Stop !, maaf aku potong cerita kamu “, cletuk Wildy,
“ Ngapain Wil ? “,
“ Semua yang akan kamu ceritakan akan lebih jelas kalau kamu sebut namanya dan ngga’ pakai nama samaran ‘dia’ “,
“ Emang kenapa ? “,
“ Nggak !! “, jawab Wildy agak nyentak,
“ Aku malu Wildy, aku juga takut “,
“ Woy, LIHAT OZI !!!!, siapa yang di depanmu, ini sahabat karibmu “, kata Wildy menunjuk diri sendiri,
“ Benar kamu pengen tahu, kalo aku kasih tau kamu akan marah besar sama aku “,
“ Tenang aja, ngga’ ko’ “, jawab Wildy pendek,
“ Aku ngga’ mau kasih tau Wil “,
“ Benar kalo kamu ngga’ ngasih tahu ma aku, aku khan marah besar sama kamu Ozi, dan aku kan pergi aku ngga’ khan kenal kamu lagi, udah siapa yang di maksud ‘dia’ itu ? “, Tanya Wildy ngeyel
” ‘Dia’ adalah kamu Wildy “, jawabku lirih,
“ AKU ??????!!! “
“ Iya kamu “,

Wildy terlihat agak lemas dan muram, jauh lebih berbeda dari sebelumnya, wajah Wildy terlihat jadi pucat.
“ Kenapa kamu ngga’ bilang dari dulu kalo kamu cinta aku Ozi ?? “, Tanya Wildy,
“ Aku cerita jujur sama kamu Wil kenapa aku ngga’ bilang sejak dulu awal kita kenal, saat aku lihat kamu Wil, pertama aku memandang kamu hatiku berdetak, jantungku berdenyut, mulutku bilang ada cinta, tapi aku sadar waktu itu, aku belum mengenali siapa kamu, terus aku berjanji pada diriku sendiri kalo aku akan mengungkapkan CINTA pada kamu setelah 3 / 4 bulan, karena aku yakin kalo sepanjang waktu itu aku udah mengenalmu, dan aku juga sudah tau sifat dan kepribadian kamu, tapi ternyata baru 2 bulan aku dengar kalo kamu sudah jadian sama sahabat karibku. Aqso. Iya udah sampai saat inilah aku pendam sendiri perasaanku, karena perjalanan cintaku terhambat oleh sahabatku, tentu saja aku diam dan diam, ngga’ mungkin khan aku nge-ganggu hubungan kalian, karena kalian juga sahabat karibku “, ceritaku pada Wildy sambil menangis,
“ Kamu rasain ini selama satu setengah tahun, kamu nge-lihat aku berduaan, pacaran, bermesraan, bahkan ciuman sama Aqso, gimana perasaanmu Ozi ? “,
“ Iya Wil “, Jawabku singkat,
“ Gimana perasaanmu Ozi ? “, Tanya Wildy,
“ Perih, Sakit dan Luka “,
“ Sungguh hebat kamu Ozi, merasakan kepedihan, kesakitan, bahkan sampai luka hati kamu demi aku. Hanya kamu Zi di Dunia ini yang sanggup merasakan sepertimu hanya demi cinta, semoga cita dan cinta kamu cepat tercapai. Aku punya hati dan perasaan Zi, aku pingsan membayangkan apa yang kamu rasakan selama ini, tapi maafkan aku Zi aku belum bisa nge-bales pengorbananmu dan perasaanmu sama aku, karena kamu pasti juga sudah tau khan Zi aku sudah sama Aqso. Aku berjanji jika suatu saat nanti aku putus sama Aqso aku akan membalas semua yang kamu rasakan Zi, Aku janji “, kata Wildy sambil meneteskan air mata,
“ Iya makasih, ngga’ apa – apa ko’ Wil, kebahagiaan kamu sudah sama Aqso, asal kamu bahagia akupun ikut bahagia “, kataku seraya mengusap air mata di pipi Wildy,
“ Kamu bilang asal aku bahagia kamu ikut bahagia, tapi hati kamu Ozi ???, aku juga bisa merasakan Ozi….. “,
“ Sudahlah Wil, cukup, kita kembali ke topik awal, kamu minta aku cerita khan, aku cerita, tapi kenapa semua jadi begini, sudah Wildy, kamu ngga’ usah sedih dan menangis “, aku coba menenangkan Wildy,
“ Iya “, Wildy terdesak – desak menangis “ Maafin aku Ozi, aku ngga’ bisa apa – apa“, tambah Wildy sambil merebahkan sayapnya dan pergi.

Sudah satu bulan ini aku tidak bisa apa – apa, aku pun tidak bisa bermain dengan Aqso dan Wildy di khayangan, bahkan keluar rumah pun aku tidak bisa karena aku sakit, tapi di minggu terakhir ini sakitku agak parah, aku hanya bisa bernafas dan mengedipkan kedua kelopak mata. Makan dan aktifitas yang lainnya aku hanya bisa lakukan di tempat tidur, kini mulutku sudah sulit untuk berkata dan bicara.

Tok . . . . . tok . . . . tok . . . .
Terdengar ketukan pintu dari luar kamar

“ Ma . . . ma. . . suk “, kataku sulit bicara,

Setelah pintu terbuka lebar, terlihat Wildy berdiri di depan pintu sambil menatapku dengan senyum khas-nya yang manis. Meski terasa kangen karena satu bulan tidak bertemu, tapi tetap saja aku tidak bisa berbuat apa – apa, aku hanya diam.
Wildy mendekatiku dan duduk di samping kepalaku sambil meraba – raba rambut keritingngku.
“ Satu minggu kemarin aku putus hubungan sama Aqso, dan kini tidak ada hubungan di antara kita “, Wildy mulai bercerita sanbil menangis,
“ Ke. . . . ke . . . napa bisa ter . . . ter . . . jadi ?? “, tanyaku tersendat – sendat,
“ Udah, besok aku cerita semuanya kalo kamu sudah sembuh, tapi kini intinya aku akan menepati janji aku kalo aku akan menghargai pengorbanan kamu saat ini, aku harap kamu cepat sembuh, kamu tau khan maksudku ? “, Jelas Wildy,
“ Ke . . . ke . . . baha . . . . giaan ka . . . . kamu sudah di tangan Aqso, Kem . . . . kem . . . kem . . . balilah sama A. . . . . A. . .qso, karena a. . . .aku”, kataku terputus,
“ Kamu kenapa Ozi, kamu kenapa, kamu pasti sembuh khan, itu khan yang khan kamu ucapkan barusan ?? “, kata Wildy sambil menangis,
“ A. . . . aku a. . . .a. . . .akan per. . . pe. . .rgi “,
“ OZI . . . . . . . . jangan tinggalkan aku Ozi. . . . . .”,
“ Ma. . . . ma. . . mafkan a. . .aku Wil. . . . .Wildy “,
“ OZI . . . . . . . . . . . . . . . .”, Wildy berteriak dan menangis kencang,
‘ Ja . . . . . . ja. . . . . ngan mena. . . . ng. . . . . is. . ., menangi. . . . is de . . .mi aku per . . .Cuma, kar. . . na i. . . . ini na. . . . . .na. . . . nafas ter. . . . akhir. . . .ku, ja. . . . ga diri ka. . . .mu ba. . . .ik ba. . . . baik Wil. . . dy, ma. . . . laikat da. . . .ri suga te. . . . te. . . .lah menjem. . . . put. . . .ku Wil, se. . . . se. . .lamat ting. . . . tinggal, aku tunggu ka. . . .mu di sur. . . .ga”,
“ OZI . . . . . . . . . !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”,


*) Siswa MAN 1 Kota Magelang Kelas XI AGAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar